makalah
kebudayaan masyarakat jawa
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini
yang berjudul “KEBUDAYAAN MASYARAKAT JAWA”.
Makalah ini berisikan tentang informasi Masyarakat jawa dan kebudayaan di
dalamnya. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
apa saja yang ada pada kebudayaan masyarakat jawa sehingga kita bias mengetahui
keunikan yang terkandung di dalam kebudayaannya dan menjadikannya berbeda
dengan kebudayaan – kebudayaan lain yang tersebar di Indonesia.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan Makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin
Cisurupan,
29 Februari 2012
Kelompok
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..
1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….
2
BAB I ( PENDAHULUAN )
1.1
Latar Belakang
…………………………………………………………………. 3
1.2
Maksud dan
Tujuan……………………………………………………………... 3
1.3
Rumusan Masalah…………………………………………………………….....
4
BAB II ( PEMBAHASAN )
2.1
Pengertian masyarakat
jawa………………………………………………….…. 5
2.2
Bahasa……………………………………………………………………………
5
2.3
Kepercayaan
……………………………………………………………………. 5
2.4
Profesi
………………………………………………………………………….. 6
2.5
Stratifikasi
social.……………………………………………………………….. 7
2.6
Kesenian…………………………………………………………………………
7
2.7
Stereotipe………………………………………………………………………..
7
BAB III ( PENUTUP )
3.1
Kesimpulan………………………………………………………………………
8
3.2
Kritik dan
Saran…………………………………………………………………. 8
PENUTUP……………………………………………………………………………….
9
BAB
I
(
PENDAHULUAN )
1.1
LATAR BELAKANG
Budaya merupakan simbol peradaban.
Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa,
maka peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu untuk punah.
Disini, saya mencoba untuk peduli dengan budaya dari mana
kami berasal yaitu jawa. Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan, kami mencoba
merangkum berbagai tulisan yang berkaitan dengan budaya Jawa dari berbagai
sumber.
1.2
MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini selain untuk memenuhi salah
satu tugas mata pelajaran IPS, juga bertujuan untuk dijadikan bahan presentasi
sehingga siswa – siswa lainpun bisa merasakan ilmu yang terdapat dari makalah
ini.
1.3
RUMUSAN MASALAH
·
Apa itu suku jawa ?
·
Bahasa apa yang digunakan oleh
masyarakat jawa ?
·
Apa kepercayaan yang di anut mereka
?
·
Apa profesi – profesi yang mereka
geluti ?
·
Stratifikasi social seperti apa yang
ada di dalam kebudayaannya ?
·
Apa kesenian yang lahir dan
berkembang di masyarakat tersebut ?
·
Bagaimana stereotif masyarakat jawa
?
BAB
II
(
PEMBAHASAN )
2.1
PENGERTIAN
2.2
BAHASA
Suku bangsa Jawa sebagian besar menggunakan bahasa Jawa dalam bertutur sehari-hari. Dalam
sebuah survei yang diadakan majalah Tempo pada
awal dasawarsa 1990-an, kurang lebih hanya 12% orang
Jawa yang menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa mereka sehari-hari, sekitar 18% menggunakan bahasa Jawa dan
Indonesia secara campur, dan selebihnya hanya menggunakan bahasa Jawa saja.
Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intonasi
berdasarkan hubungan antara pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh.
Aspek kebahasaan ini memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, dan
membuat orang Jawa biasanya sangat sadar akan status sosialnya di masyarakat.
2.3
KEPERCAYAAN
Masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga
sekarang belum bisa meninggalkan tradisi dan budaya Jawanya. Di antara tradisi
dan budaya ini terkadang bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Tradisi dan
budaya Jawa ini sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa, terutama yang
abangan. Di antara tradisi dan budaya ini adalah keyakinan akan adanya roh-roh
leluhur yang memiliki kekuatan ghaib, keyakinan adanya dewa dewi yang
berkedudukan seperti tuhan, tradisi ziarah ke makam orang-orang tertentu,
melakukan upacara-upacara ritual yang bertujuan untuk persembahan kepada tuhan
atau meminta berkah serta terkabulnya permintaan tertentu. Setelah dikaji inti
dari tradisi dan budaya tersebut, terutama dilihat dari tujuan dan tatacara melakukan
ritus-nya, jelaslah bahwa semua itu tidak sesuai dengan ajaran Islam. Tuhan
yang mereka tuju dalam keyakinan mereka jelas bukan Allah, tetapi dalam bentuk
dewa dewi seperti Dewi Sri, Ratu Pantai Selatan, roh-roh leluhur, atau yang
lainnya. Begitu juga bentuk-bentuk ritual yang mereka lakukan jelas
bertentangan dengan ajaran ibadah dalam Islam yang sudah ditetapkan dengan
tegas dalam al-Quran dan hadis Nabi Saw. Karena itulah, tradisi dan budaya Jawa
seperti itu sebenarnya tidak sesuai dengan ajaran Islam dan perlu diluruskan
atau sekalian ditinggalkan.
Selain itu, masyarkat jawa juga mempunyai tradisi upacara adat dalam setiap
kegiatan – kegian besar, seperti :
· Kematian ( Mendhak )
· Upacara nyewu dina (memohon
pengampunan kepada Tuhan )
· Upacara Brobosan (penghormatan dari
sanak keluarga kepada orang tua dan leluhur mereka yang telah meninggal dunia )
- Upacara-upacara
sebelum pernikahan (Siraman, Upacara Ngerik, Upacara Midodareni, Upacara
diluar kamar pelaminan, Srah-srahan atau Peningsetan, Nyantri, Upacara
Panggih atau Temu, Balangan suruh Penganten, dll )
· Upacara untuk kelahiran bayi, seperti :
-
Wahyu Tumurun
Maknanya
agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan selalu mendapat.
-
Sido Asih
Maknanya
agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang selalu di cintai dan dikasihi oleh
sesama serta mempunyai sifat belas kasih
-
Sidomukti.
Maknanya
agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang mukti wibawa, yaitu berbahagia dan
disegani karena kewibawaannya.
-
Truntum.
Maknanya
agar keluhuran budi orangtuanya menurun (tumaruntum) pada sang bayi.
-
Sidoluhur.
Maknanya
agar anak menjadi orang yang sopan dan berbudi pekerti luhur.
-
Parangkusumo.
Maknanya
agar anak memiliki kecerdasan bagai tajamnya parang dan memiliki ketangkasan
bagai parang yang sedang dimainkan pesilat tangguh.
-
Semen romo.
Maknanya
agar anak memiliki rasa cinta kasih kepada sesama layaknya cinta kasih Rama dan
Sinta pada rakyatnya.
-
Udan riris.
Maknanya
agar anak dapat membuat situasi yang menyegarkan, enak dipandang, dan
menyenangkan siapa saja yang bergaul dengannya.
-
Cakar ayam.
Maknanya
agar anak pandai mencari rezeki bagai ayam yang mencari makan dengan cakarnya
karena rasa tanggung jawab atas kehidupan anak-anaknya, sehingga kebutuhan
hidupnya tercukupi, syukur bisa kaya dan berlebihan.
-
Grompol.
Maknanya
semoga keluarga tetap bersatu, tidak bercerai-berai akibat ketidakharmonisan
keuarga (nggrompol : berkumpul).
-
Lasem.
Bermotif
garis vertikal, bermakna semoga anak senantiasa bertakwa pada Tuhan YME.
-
Dringin.
Bermotif
garis horisontal, bermakna semoga anak dapat bergaul, bermasyarakat, dan
berguna antar sesama.
2.4
PROFESI
Mayoritas orang Jawa berprofesi sebagai petani, namun di
perkotaan mereka mendominasi pegawai negeri sipil, BUMN, anggota DPR/DPRD,
pejabat eksekutif, pejabat legislatif, pejabat kementerian dan militer. Orang
Jawa adalah etnis paling banyak di dunia artis dan model. Orang Jawa juga
banyak yang bekerja di luar negeri, sebagai buruh kasar dan pembantu rumah
tangga. Orang Jawa mendominasi tenaga kerja Indonesia di luar negeri terutama
di negara Malaysia, Singapura, Filipina, Jepang, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Uni
Emirat Arab, Taiwan, AS dan Eropa.
2.5
STRATIFIKASI SOSIAL
Masyarakat Jawa juga terkenal akan pembagian
golongan-golongan sosialnya. Pakar antropologi Amerika yang ternama, Clifford Geertz, pada tahun 1960-an membagi
masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok: kaum santri, abangan dan priyayi. Menurutnya kaum santri adalah penganut
agama Islam yang taat, kaum abangan adalah penganut
Islam secara nominal atau penganut Kejawen, sedangkan kaum Priyayi adalah kaum
bangsawan. Tetapi dewasa ini pendapat Geertz banyak ditentang karena ia
mencampur golongan sosial dengan golongan kepercayaan. Kategorisasi sosial ini
juga sulit diterapkan dalam menggolongkan orang-orang luar, misalkan orang
Indonesia lainnya dan suku bangsa non-pribumi seperti orang keturunan Arab, Tionghoa, dan India.
2.6
SENI
Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama
dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, yaitu pementasan wayang. Repertoar cerita wayang atau lakon
sebagian besar berdasarkan wiracarita Ramayana dan Mahabharata. Selain pengaruh India, pengaruh Islam
dan Dunia Barat ada pula. Seni batik
dan keris merupakan dua bentuk ekspresi masyarakat
Jawa. Musik gamelan, yang juga dijumpai di Bali memegang peranan penting dalam kehidupan
budaya dan tradisi Jawa.
Contoh
kesenian yang berkembang di mastarakat jawa adalah :
·
Topeng (topeng madura, topeng
malang, topeng dongkrek, )
·
Angklung
·
Bali-balian
·
Wayang ( kuli, klitik, purwo, godog,
golek, dll )
·
Trian (tari topeng kuncaran, tari
merak, tari serimpi, tari blambangan cakil, tari remong, reog ponorogo dan
jaipong )
2.7
STEREOTIPE ORANG JAWA
Orang
Jawa memiliki stereotipe sebagai
sukubangsa yang sopan dan halus. Tetapi mereka juga terkenal sebagai sukubangsa
yang tertutup dan tidak mau terus terang. Sifat ini konon berdasarkan watak
orang Jawa yang ingin menjaga harmoni atau keserasian dan
menghindari konflik, karena itulah mereka cenderung untuk diam dan tidak
membantah apabila terjadi perbedaan pendapat.
BAB III
( PENUTUP )
3.1
Kesimpulan
Suku
jawa yang berada di daerah pulau Jawa merupakan suku yang memiliki berbagai
kebudayaan, mulai dari adat istiadat sehari-hari, kesenian, acara ritual, dan
lain-lain.
Semua
itu membuktikan bahwa suku jawa merupakan suku yang kaya akan budaya daerah.
Dan dari kekayaan budaya yang di miliki suku jawa itulah yang menbuatnya
berberda dengan kebudayaan – kebudayaan lain yang ada di Indonesia.
3.2
Kritik dan Saran
PENUTUP
Demikian
yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan
penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.